Lompat ke konten

DIKSI PENA

“Transformasi Pelajar NU dalam Pemanfataan Bonus Demografi Menju Tantangan Indonesia Emas 2045”

Ahad, 27 Februari 2022 Pukul 16.00 WIB, L-Pers PAC IPNU-IPPNU Waru Agenda DIKSI PENA berlangsung secara online via zoom meeting dan siaran langsung IG @pacipnuippnuwaru, sementara secara offline berlangsung di Rumah rekan Dinar di Wedoro, pada acara ini dihadirkan dua pemateri yakni Siti Aisyah (Ketua PC IPPNU Sidoarjo), dan M. Husnul Afif (Demisioner PAC IPNU-IPPNU Waru 2017-2019).

Rekanita Aisyah Nur Afifah M. berkata “Bonus demografi merupakan bertambahnya jumlah penduduk, hal ini hanya akan berlangsung satu kali pada setiap negara, seperti contoh Jepang yang dulunya negara ini merupakan negara berkembang namun sekarang berhasil menjadi negara maju. Bonus demografi mempunyai dapat dimaknai menjadi dua, yakni dampak negatif dan positif, dampak negatif dapat terjadi jika kaum pemuda tidak dapat memanfaatkan bonus demografi, sehingga akan tercipta pengangguran, kasus pelecehan, hal ini dikarenakan ketidakseimbangnya jumlah penduduk dengan angka penerimaan kerja. Sementara bonus demografi ini akan berdapak positif apabila para pemuda berperan aktif dalam transformasi kehidupan, para pemuda dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, salah satunya dengan aktif berorganisasi yang mana dapat mewadahi sumber kualitas manusia sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat”.

Rekan M. Husnul Afif “Bonus demografi itu sebuah kondisi dimana kehidupan disuatu negara ketika suatu usia produktif leih banyak daripada usia reproduktif, usia produktif yakni usia dimana kita harus berkerja bertanggung jawab untuk hidup, mengutip BJ Habibi “Kita kaya tapi miskin” maksudnya kita kaya SDA (Sumber Daya Alam) namun secara penghasilan kita sangat kecil. “Kita merdeka namun kita terjajah” maksudnya kita merdeka secara politik namun kita terjajah secara ekonomi. Mengapa itu bisa terjadi? Karena mental pemuda Indonesia masih sedikit. Bonus demografi sangat terkait dengan pemuda, karena sejarah Indonesia merdeka, peristiwa sumpah pemuda, peristiwa reformasi, pembuatan aplikasi-aplikasi seperti gojek, grab, dsbg semua yang melakukan ini adalah pemuda. Untuk mencapai bonus demografi tersebut bagaimana caranya? Ya anak muda jangan malas-malasan, mager, sambat, harus mau berinovatif dan kreatif, para pemuda harus mau menyiapkan 2045 seperti pedang bermata dua siap melawan dari dua sisi”.

Imam Baihaqi bertanya “Bagaimana konsisten menghadapi transformasi jangka panjang sampai dengan 2045?” M. Husnul Afif menjawab “Istiqomah itu lebih baik dari pada karomah, kalau secara agama cara menjaga istiqomah itu dijaga misal kita istiqomah sholat diawal waktu selama 40 hari, nanti selanjutnya akan berjalan dengan sendirinya. Kalau dengan hal lain mungkin dengan kesadaran yang harus ditumbuhkan, sehingga istiqomah akan tetap berjalan”. Sementara Siti Aisyah berpendapat “berbicara istiqomah itu sangat berat, tapi hasilnya luar biasa, karena rasa yang paling berat itu melawan diri sendiri, misal sudah ada adzan tapi masih ditunda-tunda, menurut Panji Prabu Waksono yang bisa membuat kita lebih baik itu dari kebiasaan yang kita bangun sejak awal dan kita laksanakan sejak dini, jika itu tidak kita langgar dan tetap kita lakukan, maka akan menjadi sikap yang sangat baik sekali dan apapun yang kita jalani bisa tertata rapi, untuk melawan sikap malas itu, ya harus dilawan sendiri!”

Sebelum acara berakhir, sang moderator M.Rizal menyimpulkan dialog interaktif sore ini bahwa “Bonus demografi itu pedang bermata dua, jadi bisa digunakan dua sisi, bisa digunakan yang baik dan juga bisa tidak baik, jika bonus demografi di Indonesia berhasil maka Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat signifikan, jika bonus demografi di Indonesia gagal maka Indonesia akan tetap menjadi negara yang berkembang.”

Ada sepatah dua patah dari pemateri, Rekan Afif “Jika IPNU IPPNU sangat berperan dalam Bonus demografi maka saya yakin Indonesia akan tercapai, karena IPNU IPPNU mencerdasakan anak bangsa, menyiapkan kader-kader masa depan untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.” Sementara Rekanita Aisyah “para pemuda, pelajar, rekan-rekanita sering diombang-ambing dengan ketidak percayaan saya harap kalian semua mempunyai perinsip seperti Imam Syafi’i yakni jangan jadi air yang merusak disekitarnya, namun jadilah air yang mengalir hingga samudra terluas yang nantinya bermanfat, maksudnya jangan jadi orang yang diam saja, tapi bergeraklah, mengalirlah, lakukanlah nanti akan bertemu sesuatu yang akan menjadi impian kalian!”

Penulis : Lailatul Maghfiroh